Civil Society dan Pergerakannya

CIVIL SOCIETY
          Oleh Rijwan Munawan
Melihat pada apa yang dikatakan oleh Larry Diamond, civil society atau masyarakat madani dipahami sebagai bidang kehidupan sosial yang terorganisir yang bersifat sukarela, menghasilkan diri, sebagian besar otonom atau mandiri dari entitas negara serta terikat tatanan hukum atau seperangkat aturan bersama.  Menurut penulis, apa yang dikatakan oleh Larry Diamond ini berbeda dengan makna dari masyarakat madani. Menurut penulis, masyarakat madani kurang tepat apabila dikatakan sebagai masyarakat yang otonom atau mandiri dari entitas negara. Menurut penulis, masyarakat madani justru membutuhkan pengakuan dan partisipasi negara dalam kehidupannya. Negara yang menjamin mereka. Serta masyarakat madani membutuhkan ruang publik untuk menyalurkan aspirasinya untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Larry Diamond, masyarakat madani merupakan suatu entitas perantara yang berdiri di antara pribadi dengan negara. Diamond membuat garis pemisah yang tegas antara entitas negara dengan masyarakat, masing-masing berdiri dengan tingkat otonomisasi yang berbeda. Ketika negara taat hukum dan menghina hak otonomi yang dimiliki individu dan masyarakat, sudah seharusnya masyarakat madani melakukan perlawanan terhadap otoritas kekuasaan yang menindas.
Diamond menjelaskan pula, demokrasi hanya dapat tumbuh dan berkembang dengan tumbuhnya kesadaran masyarakat madani, melalui kontrol, maka despostisme monopoli kekuasaan negara dapat dicegah. Kemandirian masyarakat dalam bidang ekonomi yang terlepas dari entitas negara, menghendaki minimalisasi atau campur tangan negara dan menempatkan kemandirian individu sebagai tujuan utama.
Menurut Larry Diamond, perubahan sifat dari negara tirani ke demokrasi bukan merebut kekuasaan secara formal. Fungsi masyarakat madani dalam pembangunan demokrasi. Pertama, memantau dan mengendalikan kekuasaan, menjadi kekuatan penyeimbang dari dominasi negara yang sangat otoriter. Masyarakat madani berperan mengungkap bentuk pelanggaran dan mendelegetimasi rezim yang tidak demokratis.
Pembahasan tentang masyarakat madani tidak bisa terlepas dari keberadaan Lembaga Swasembada Masyarakat atau LSM, ORMAS, atau Non Government Organization ( NGO ) yang merupakan elemen-elemen pembentuk dari civil society. Kehadiran Ornop dalam sebuah masyarakat merupakan kenyataan yang tidak dapat dinafikan, hal itu terjadi karena bagaimanapun juga kapasitas pemerintah sangat terbatas.
Menurut Afan Gaffar, terdapat empat peranan yang dapat dimainkan oleh kalangan Ornop dalam sebuah negara, di antaranya, pertama, memonitoring pelaksanaan penyelenggaraan negara, bahkan bila perlu melakukan aksi protes, hal ini terjadi karena penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan para pejabat pemerintah. Kedua, katalisasi perubahan sosial, hal ini dilakukan dengan jalan mengangkat sejumlah masalah yang penting dalam masyarakat, membentuk kesadaran moral. Ketiga, memfasilitasi rekonsiliasi warga negara dengan lembaga peradilan. Dan keempat implementasi program pelayanan, ornop dapat menempatkan diri sebagai lembaga yang mewujudkan sejumlah program pemerintah.
Kehadiran masyarakat madani sangat penting sebagai penyeimbang atas dominasi pemerintah. Ornop harus tepat menempati posisi di tengah sebagai pihak yang netral dalam mendorong proses perubahan. Namun kenyataannya, saat ini sebagian Ornop terafisiliasi dengan partai-partai politik. Menurut penulis, hal tersebut idakah sesuai dengan apa yang menjadi asa Ornop sendiri, dan pihak yang netral sebagai penengah.



·         Gerakan Cicil Society Di Indonesia : Kiprah Politik Moral Organisasi Massa Islam Muhammadiyah Pasca Reformasi
Menurut Muhammad AS Hikam, konsep civil society merupakan pengelompokan-pengelompokan sosial di luar struktur negara yang terorganisir bercirikan kesukarelaan, kemandirian dan keswadayaan.
Salah satu dari bentuk organisasi dalam masyarakat madani adalah Muhammadiyah. Organisasi ini didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan, dan organisasi ini tidak dinisbatkan sebagai organisasi politik, tetapi merupakan organisasi keagamaan yang bergerak dalam bidang dakwah dan pendidikan. Namun, sejak zaman Belanda organisasi ini tidak bisa lepas dari hiruk pikuk dunia politik.
Secara historis, keterlibatan Muhammadiyah dalam hard politics bisa dilihat sejak Indonesia merdeka tahun 1945, yakni memelopori berdirinya Partai Islam Indonesia dan menjadi pendukung berdirinya Partai Masyumi. Sedangkan aktifitas soft politics  di antaranya, pertama menentang kebijakan pemerintah Belanda yang memungut pajak ibadah kurban. Kedua, menuntut peradilan agama Islam kepada pemerintah Hindia Belanda. Ketiga, ikut menanamkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air di kalangan umat Islam Indonesia, dengan menggunakan bahasa Indonesia dalam khotbah ataupun tulisan-tulisan di buletin milik Muhammadiyah. Keempat, menolak sei kerei, yakni membungkuk menghadap matahari sebagai tanda hormat kepada Tenno Hika pada masa Jepang.
            Politik yang dimaknai Muhammadiyah secara organisatoris merupakan politik moral bukan politik praktis, karena semenjak berdirinya, Muhammadiyah sudah memosisikan diri sebagai gerakan dakwah yang non-politik.
Keberhasilan Muhammadiyah sebagai kekuatan civil society dibuktikan ketika massa Orde Baru di bawah kepemimpinan Amien Rais. Ia mendorong perubahan sistem politik Indonesia ke arah sistem lebih demokratis yang menghargai kemanusiaan, keadilan, dan keterbukaan. Sikap kritis Amien Rais dimulai pada tahun 1993 ketika menggulirkan isu ‘’Suksesi Kepemimpinan Nasional’’ dalam sidang tanwir Muhammadiyah di Surabaya. Terdapat beberapa alasan yang dikemukakan Amien Rais, pertama, walaupun terdapat pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, tetapi kemiskinan dan pengangguran masih merupakan fenomena yang tidak mudah dipecahkan. Kedua, korupsi tetap merajalela. Ketiga, pemimpin nasional terlalu lama berkuasa dapat melahirkan penyakit kultus individu yang akan mematikan akal sehat. Keempat, kelompok elit yang terlalu lama berkuasa cenderung mengalami penurunan visi dan kreativitas.

Isi dari apa yang dipaparkan oleh Amien Rais dalam Tanwil Muhammadiyah di Surabaya tersebut menurut penulis bahwa organisasi ini mengarah kepada politik praktis, dimana dengan tokohnya Amien Rais yang juga sebagai pemegang salah satu partai politik di Indonesia. Apabila suatu aspirasi-aspirasi tadi menginginkan terwujud yang pasti bisa melalui partai politik selaku badan yang menyampaikan aspirasi.
Previous
Next Post »

1 komentar:

Click here for komentar
Unknown
admin
2 Mei 2017 pukul 23.24 ×

terima kasih atas ilmu nya Rijwan,,

Congrats bro Unknown you got PERTAMAX...! hehehehe...
Reply
avatar