The Third Heritage Kontribusi Islam Terhadap Renaisans Dan Pemikiran Politik Barat

Rijwan Munawan  

A.PENDAHULUAN  

Para ilmuwan dan sarjana Barat mengklaim bahwa peradaban adalah kelanjutan belaka dari peradaban Yunani-Romawi Kuno dan peradaban Judeo- Kristiani. Klaim-klaim ini bisa diamati dalam buku-buku teks sejarah peradaban dan filsafat Barat. Misalnya Russel hanya merujuk pada filsafat dan tradisi skolastik Kristen sebagai asal-muasal filsafat modern Barat, tanpa sama sekali menyinggung Islam dan kontribusinya bagi peradaban dan filsafat modern Barat. Ia membahas panjang lebar sejarah filsafat dan warisan Yunani Kuno Plato, Aristoteles, Socrates, kaum Stoik dan warisan skolastik Kristen, Thomisme, tetapi tidak menyentuh para filosof dan ilmuwan Muslim yang turut andil dalam ‘’membidani’’ peradaban Barat modern. Mereka menganggap bahwa tidak ada kontribusi peradaban lain dalam proses evolusi terbentuknya peradaban dan kebebasan di Barat. Orang-orang Yahudi sebagaimana dikatakan Max Dimont, lahir ke dunia untuk merubah dan membentuk sejarah. Mereka turut membidani kelahiran kota-kota, sistem perbankan,dan penggagas aliran-aliran yang sangat berpengaruh dalam sejarah peradaban manusia. Di sisi lain,agama Kristen sejak awal sejarah perkembangannya di Barat telah berperan menstrukturisasikan masyarakat Barat sesuai dengan struktur, jiwa,dan nilai-nilai Kristiani. Pengaruh agama ini dalam masyarakat Barat sangat kuat setidaknya pada abad pertengahan yang mana keberhasilannya dalam melahirkan Reformasi Protestan dan Calvinisme. Berdasar fakta dari sejarah itu, para penulis dan sarjana serta literarur sejarah filsafat Barat, berasumsi bahwa peradaban Barat dewasa ini hanyalah merupakan ‘’kelahiran kembali’’ dari dua peradaban itu. Namun belakangan, asumsi ini diragukan validitas kebenarannya. Para ilmuwan dan sejarawan yang berupaya objektif dalam mengkaji proses pertumbuhan dan perkembangan peradaban Barat menemukan fakta bahwa selain dua peradaban itu, terdapat warisan peradaban ketiga yang secara kontribusi turut meletakan dasar-dasar filosofis dan keilmuan bagi peradaban Barat, yakni peradaban Islam. Salah seorang ilmuwan itu adalah Prof. Roger Garaudy, guru besar filsafat di Prancis. Ia mengkaji tentang peranan dan kontribusi Islam dalam turut serta melahirkan peradaban Barat modern dewasa ini. Ia berhasil mengungkap fakta- fakta sejarah yang selama ini disamarkan atau dihilangkan oleh sarjana Barat. Ia juga mengkritik asumsi bahwa Barat menggali kekayaan dua tradisi itu secara langsung dari sumber-sumber aslinya. Fakta sesungguhnya adalah dunia Barat menggali kekayaan dua tradisi kuno itu melalui sebuah ‘’mediasi’’, yaitu peradaban Islam. Melalui hasil kerja para ilmuwan dan filosof Muslim seperti Al Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd yang menerjemahkan dan menginterpretasikan warisan Yunani Kuno Romawi ,sehingga Barat bisa menggali kekayaan warisan tradisi Yunani-Romawi. Bahwa Islamlah yang telah menghubungkan antara filsafat Yunani dan filsafat modern. Juga dibuktikan bahwa filsafat Kristen tidak muncul kecuali setelah para pendeta belajar dan berguru pada sarjana-sarjana Muslim di Cordoba, Andalusia Spanyol, contohnya adalah Thomas Aquinas. Peradaban Islam memiliki sejarah yang panjang. Sebagaimana Prof. Harun Nasution memetakan sejarah Islam dalam tiga periode. Pertama, periode klasik (650-1250 M),ditandai oleh perluasan ekspansi Islam, integrasi umat dan puncak kemajuan. Ekspansi dan kekuasaan Islam demikian meluas secara dramatis hingga mencapai Afrika Utara, Spanyol, Persia, hingga ke India dan bahkan hingga ke Cina dan Asia Tenggara. Kedua, periode pertengahan Islam (1250-1800 M),ditandai oleh disintergrasi peradaban Islam, konflik antara Suni dan Syiah, simbol-simbol kebesaran Islam runtuh satu per satu. Baghdad hancur, Alexandria runtuh, Bukhara, Samarkand dibakar bangsa Mongol. Andalusia hancur oleh serangan Ratu Isabella dan Raja Ferdinand dari Aragon, Andalusia jatuh ke tangan kaum Kristiani pada 1492. Ketiga, periode modern (1800- seterusnya),merupakan zaman kebangkitan Duni Islam.
  
B. PERADABAN ISLAM SEBAGAI WARISAN KETIGA

 Islam adalah ‘’warisan ketiga’’ bagi Barat. Namun para ilmuwan dunia Barat masih enggan mengakui kontribusi ‘’ warisan ketiga’’ bagi pertumbuhan dan pembentukan peradaban mereka. Sejarah keberhasilan Islam adalah ketiga keberhasilan Nabi Muhammad SAW membangun peradaban baru di masa hidupnya yang mentransformasikan masyarakat kesukuan Arab yang  jahiliyyah dan barbarian menjadi sebuah komunitas spiritual yang progresif, beradab dan tercerahkan merupakan contoh terbaik tentang bagaimana Islam mengubah sebuah wajah sejarah peradaban. Karena itu sosiolog Amerika Robert N. Bellah menyebut masyarakat Madinah yang dibangun Nabi sebagai masyarakat yang sangat demokratis dan modern. Bellah mengakui bahwa nilai-nilai demokrasi yang didambakan manusia modern sesungguhnya telah eksis dan di praktekan Islam di masa-masa awal formasi agama ini. Peradaban Islam demikian unik dan mampu memberikan pencerahan bagi peradaban lain. Para filosof Muslim tidak segan-segan untuk mengadopsi, menafsirkan secara kritis berbagai warisan dan kekayaan tradisi-tradisi besar yang hidup di kawasan taklukan kaum Muslim .Mereka menyerap tradisi kekayaan filafat  Yunani, Romawi, Persia, India bahkan Cina. Apa yang baik dan sesuai dengan nilai dan doktrin Islam diterima dengan tangan terbuka yang membuat produk pemikiran mereka menjadi demikian kaya dan unik. Berbeda dengan doktrin Kristiani yang setidaknya pada masa-masa abad pertengahan Eropa memusuhi tradisi filsafat dan ilmu pengetahuan. Karya terjemahan dan tafsir mereka atas karya-karya filosof  Yunani itulah yang kemudian menjadi warisan sangat berharga bagi para sarjana Barat yang datang dikemudian hari. Melalui hasil terjemahan dan tafsiran ulama dan filosof Muslim itulah para sarjana Barat kemudian berhasil menggali kekayaan tradisi Yunani Kuno. Dari kerja intelektual itulah Dunia Barat kemudian berhasil melahirkan kembali kekayaan tradisi keilmuan dan peradaban Yunani Kuno yang telah tenggelam selama lebih empat belas abad. Inilah yang kemudian dinamakan zaman Renaisans. Islam tidak mendestruksi peradaban lokal yang menjadi taklukkan, melainkan menyuburkan dan memperkaya peradaban-peradaban lokal itu sehingga menjadi peradaban yang unik dan memiliki kekhasan sendiri. Contoh keberhasilan Islam adalah dalam membangun peradaban Andalusia di Spanyol. Berbagai penganut agama khususnya Kristen dan Yahudi memiliki kebebasan penuh untuk mempraktekkan ibadah keagamaan mereka, tidak ada paksaan bagi mereka untuk memeluk Islam. Tidak ada perampasan hak milik ,kewajiban mereka hanyalah membayar pajak yang tidak memberatkan, dan juga antara kaum Muslim dan non-Muslim juga disamakan dalam hal membayar pajak dan mereka merasa tidak terbebani dengan pajak ini dibanding ketika imperium Romawi. Keadilan hukum ditegakan tanpa memandang asal-usul suku dan latar belakang sosial. Di jaman khalifah Abd al Rahman peradaban Islam Andalusia mencapai keemasannya. Masjid-masjid, perpustakaan dan istana-istana megah dengan taman-taman dan kolam airnya yang asri terdapat di berbagai sudut negeri Andalusia, dan bisa ditemukan di Cordoba. Masyarakat Andalusia nyaman dengan dipimpin oleh para pemimpin Muslim, berbeda dengan ketika mereka dipimpin oleh pemimpin terdahulu yang merasa sangat menyengsarakan, apalagi ketika oleh imperium Romawi. Di saat Imperium Romawi mengalami disintegrasi dan degradasi serius, Islam hadir di wilayah-wilayah imperium itu. Kota-kota Palestina seperti Jerussalem segera takluk di masa kekhalifahan Umar Ibn Khatab. Uniknya ketika bangsa Arab di bawah khalifah Umar hadir di Jerussalem, disambut penduduk Jerussalem sebagai ‘’Kaum Pembebas’’. Kehadiran Umar di hormati oleh komunitas Kristen Jerussalem melebihi kehormatan yang mereka berikan kepada tentara dan kaisar Romawi yang seagama dengan mereka. Penaklukan Muslim ke Spanyol dan Pengaruhnya Terhadap Barat Penaklukan bermula ketika 400 tentara Muslim menyebrang dari Afrika Utara ke paling Selatan Spanyol, Juli 710. Pasukan Muslim tiba di Iberia pada 711,kemudian di Gibraltar pada 30 April 711. Daerah taklukan itu kemudian diberi nama Al Andalu (Andalusia) yang mencakup wilayah Spanyol, Portugal dan bagian-bagian selatan Perancis. Dinasti Abbasiyah dan Umayyah memerintah Andalusia. Di Andalusia ini, toleransi kepada non-Muslim dalam kehidupan dipraktikan secara nyata. Karena toleransi itu, tingkat kemakmuran ekonomi dan kenyamanan hidup di bawah kekhalifahan Islam itulah, maka orang-orang Yahudi di berbagai wilayah Kristen bermigrasi ke Andalusia, dan juga diikuti oleh orang- orang Kristen. Mereka merasa nyaman berada dibawah kekuasaan Muslim daripada di bawah pemerintahan raja-raja Kristen dan kekuasaan kepausan. Tradisi Islam mempengaruhi peradaban orang Yahudi. Para sarjana, filosof, dan teolog Yahudi banyak yang lahir dari hasil didikan para guru Muslim Andalusia. Islam juga dalam peradaban Andalusia adalah Islam yang menjunjung tradisi belajar dan ilmu pengetahuan. Islam Andalusia merupakan pelopor kemajuan ilmu pengetahuan. Di bawah naungan peradaban  Muslim Spanyol, telah lahir para pemikir Yahudi terkemuka, diantaranya adalah Abraham Ibn Ezra, seorang ilmuwan, filosof, astronomer dan komentator Al Kitab yang piawai. Pengaruh lainnya adalah dibidang bahasa. Masa kekuasaan Muslim yang cukup lama mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bahasa Spanyol. Orang- orang Spanyol termasuk Kristen dan Yahudi mengadopsi istilah-istilah Arab. Diperkirakan lebih dari 4000 kata dalam bahasa Spanyol berasal dari bahasa Arab.  

C. KONTRIBUSI ISLAM TERHADAP RENAISAN EROPA

 Munculnya zaman renaisans di Barat adalah sebuah momentum sejarah yang menentukan perjalanan sejarah peradaban Barat. Tidak berlebihan untuk dikatakan bahwa tanpa kelahiran renaisans, Barat bisa menjadi sebuah peradaban modern seperti saat ini. Kelahiran zaman renaisans, khususnya di kawasan Mediteranian antara lain disebabkan oleh terjadinya interaksi antar budaya Dunia Islam yang saat itu mencapai zaman keemasannya dengan Dunia Kristen Barat yang peradabannya belum maju dan berkembang. Interaksi itu terjadi di masa Perang Salib. Mengapa terjadi Perang Salib? Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi Perang Salib, pertama, bangsa-bangsa Eropa dihinggapi xenophobia dan paranoid karena ancaman Islam, perasaan takut akan ekspansi Islam. Kedua, agama merupakan motif utama perang ini. Kaum Kristen Eropa tergabung dengan Pasukan Salib meyakini bahwa Perang Salib adalah ‘’perang suci’’, bertujuan untuk merebut tanah Jerussalem dan sekitarnya dari ‘’kaum kahfi’’, yaitu kaum Muslim. Mereka merasa tanah suci itu seharusnya dikuasai oleh umat Kristiani. Salah satu provokator dalam Perang ini adalah Paus Urbanus II yang membuat pasukan Salib ambisius untuk melawan Kaum Muslim. Ketiga, konflik para baron di Eropa. Upaya pengalihan konflik- konflik internal dalam masyarakat Kristen Eropa, ke persoalan ‘’perang suci’’. Mereka mencari musuh bersama dari luar komunitas Kristiani, untuk menyatukan masyarakat Kristiani yang terbelah akibat konflik internal. Sejarah mencatat bahwa hubungan antara kaum Muslimin dan pasukan Salib tidaklah selalu dalam posisi antagonistik terus menerus. Kadang masa saat tertentu terjadi kesepakatan damai di antara kedua belah pihak.  Mereka hidup dan berinteraksi dalam kedamaian. Tinggal di wilayah pertempuran yang jauh dari sanak saudara, dan se-agama, membuat Pasukan Salib mencari pola kehidupan sendiri. Terdapat sejumlah besar tentara Salib kemudian menikah dengan wanita- wanita Kristen Maronit dan Armenia serta wanita-wanita Muslim pribumi. Maka terjadilah perkawinan campuran yang menimbulkan generasi baru yang dinamakan kaum Pullani. Pasukan Salib juga beradaptasi dengan iklim dan dengan kebiasaan setempat. Mereka menggunakan jubah-jubah panjang, dan memelihara janggut layaknya orang Muslim. Secara ekonomis, pasukan Salib mendapatkan keuntungan-keuntungan ekonomis selama perang. Sebagai contoh, mereka belajar menanam tanaman dan sayuran yang mereka tidak kenal sebelumnya. Di sektor industri, Perang Salib telah membuka mata pasukan ‘’pembela pusara Kristus’’ akan berbagai produk seperti karpet dari Baghdad, kertas, keramik, kaca, batu batu-batu permata dan obat-obatan. Barang-barang tersebut diproduksi oleh kaum Muslim yang dibawa untuk di ekspor oleh tentara Salib ke negara-negara Eropa. Perang Salib juga berpengaruh terhadap kehidupan kemiliteran bangsa- bangsa Eropa. Dalam bidang arsitektur militer, Islam memiliki tradisi kemiliteran yang kokoh. Di Baghdad kaum Muslimin mendirikan benteng-benteng pertahanan yang kokoh. Tembok-tembok benteng di luar kota lebih rendah dari tembok-tembok benteng kota, sehingga memungkinkan tentara Muslim memantau datangnya serangan musuh dari luar kota Baghdad. Tidak hanya di bidang arsitektur militer, tentara Salib pun belajar etika perang dari tentara Muslim semasa perang. Sejarah Perang Salib juga mencatat suatu ketika Richard the Lionheart, pemimpin tentara Salib asal Inggris sakit keras. Mengetahui hal itu, Salahuddin dengan menyamar sebagai tabib mendatangi kemah Richard dan mengobatinya. Richard pun sembuh, Salahuddin menunjukkan identitasnya, Richard pun menunjukkan rasa hormatnya kepada Salahuddin. Nabi Muhammad pun pernah mewasiatkan kepada pemimpin pasukan Muslim yang akan berperang ke wilayah- wilayah imperium Romawi agar tidak membunuh kaum wanita, anak-anak, para pendeta Yahudi dan Nasrani, tidak menghancurkan gereja dan Sinagoge, serta tidak membumihanguskan lahan-lahan perkebunan yang sedang berbuah. Interaksi antara pasukan Salib dan tentara Muslim selama perang besar itu memberikan pelajaran berharga bagi bangsa Eropa Kristen. Gambaran mereka tentang Muslim sebagai ‘’penyembah setan’’ berubah menjadi kekaguman. Tentara Salib menyaksikan langsung keagungan peradaban yang diciptakan kaum Muslimin. Keluhuran budi tentara Muslim dan kuatnya daya pikat doktrin Islam dan sebab-sebab lainnya, telah membuat ribuan tentara Salib konversi ke Islam. Mereka berpihak kepada kaum Muslim dan memeluk agama Islam. Zaman Renaisan muncul di Italia, karena ada beberapa faktor. Pertama, karena Italia merupakan kawasan Mediterania yang selama berabad-abad paling kuat dipengaruhi oleh peradaban-peradaban besar seperti Mesir dan Mesopotamia (Persia). Kedua, srtuktur politik yang unik menjelang akhir abad-abad pertengahan. Italia terpecah belah menjadi beberapa negara bagian. Ketiga, Italia merupakan pusat utama peradaban Yunani dan Romawi di masa lalu. Keempat, pada abad XIV-XV kota-kota Italia seperti Venice,Florence, dan Genoa merupakan kota pusat perdagangan yang ramai. Kelima, faktor sosiologi seperti tingginya urbanisasi di kota-kota Italia memainkan peran signifikan dalam mendorong lahirnya gerakan renaisans. Keenam, faktor migrasi para ilmuwan Byzantium ke Italia. Salah satu episode penting dalam Perang Salib adalah upaya penguasaan Konstantinopel oleh tentara Muslim. Kontribusi Manuskrip Arab Islam terhadap renaisans Eropa pun membidani kelahirannya di Barat. Prof. George Saliba menunjukkan bahwa berbagai koleksi manuskrip-manuskrip Arab yang terdapat d berbagai perpustakaan Italia dan Eropa menunjukkan bukti sangat jelas bahwa kelahiran renaisans terkait erat dengan tersedianya sumber-sumber pengetahuan yang terdapat dalam manuskrip-manuskrip Arab itu. Ibnu Al Nafis, ilmuwan Muslim abad XIII berhasil menemukan teori sirkulasi darah dalam tubuh manusia. Penemuannya ditulis dalam manuskrip-manuskrip berbahasa Arab. Pada abad XVI teori Al Nafis muncul kembali dalam deskripsi tentang sirkulasi darah yang di tulis oleh Michael Servetus dan Renaldo Colombo. Di bidang Matematika, penemuan konsep konsep desimal yang diindetifikasikan sebagai penemuan Stevin sesungguhnya telah ditulis para ilmuwan Muslim Arab pada abad IX M. Lalu, mengapa dunia Barat enggan mengakui  kontribusi Islam bagi kebangkitan peradaban mereka? Ada beberapa jawaban yang dilontarkan oleh Prof. Bryan S Turner, pertama, Barat para ilmuwan dan intelektualnya belum mengerti dan memahami Islam sebagaimana adanya. Kedua, para ilmuwan Barat bukan hanya mengabaikan Islam sebagai objek studi, tetapi juga tidak konsisten dalam mengamati Islam. Seperti Max Weber yang melakukan studi mendalam atas agama-agama besar dan berpengaruh, diantaranya Kristen, Yahudi, Hindu, Budha, dan agama Cina. Ketiga, sikap Barat yang underestimate  kepada warisan Islam. Sejarah panjang penjajahan Barat terhadap berbagai wilayah dunia Islam membuat bangsa Barat merasa unggul dari bangsa-bangsa Muslim yang dijajahnya.  
Previous
Next Post »